Rabu, 06 Juni 2012

Jendela Islam : Keutamaan Muka Ka'bah


Seorang yang mendapat kesempatan untuk datang ke Masjidil Haram, hendaklah berhenti di depan Ka'bah, baik untuk berdoa atau shalat.

Muka Ka'bah merupakan tempat yang sangat mulia di muka bumi.

Abdullah bin Saib menjumpai Rasulullah SAW pada hari Fath (penaklukan kota Makkah). Ketika itu Nabi SAW sedang menunaikan shalat di hadapan Ka'bah dan beliau melepaskan sandalnya lalu meletakkannya di sebelah kiri beliau. (Al-Fakihy: 1/179).

Muhammad bin Suqah bersama Said bin Jubair di bawah naungan Ka'bah, lalu Said berkata, "Saat ini kamu tengah berada di bawah naungan yang paling mulia di muka bumi." (Al-Fakihy: 1/333).

Sufyan menceritakan dari Amr, katanya, "Aku melihat Ibn Zubair, ketika dia hendak menunaikan salat Ashar, dia melangkah menuju muka Ka'bah, lalu melakukan salat dua rakaat." (Al- Azraqy: 1/351).

Diriwayatkan dari Ibnu Abi Najih, bahwa Abdullah bin Amr bin Ash berkata, "Baitullah itu seluruhnya adalah kiblat, dan kiblatnya sendiri adalah mukanya. Lalu jika mukanya tidak menepatimu, maka (menghadaplah ke arah) kiblat Nabi Saw, sedangkan kiblat Nabi Saw adalah antara mizab hingga rukun syami yang menyertai maqam Ibrahim." (Al-Azraqy: 1/351).

Diceritakan dari Ibnu Saib,bahwa pada hari Fath Nabi Saw melakukan shalat di hadapan Ka'bah, sejajar dengan batu putih. Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya, lalu bersabda, "Inilah kiblat."

Abul Walid menceritakan dari kakeknya bahwa Daud bin Abdurrahman menunjukkan kepada mereka tempat Nabi Saw melakukan salat di hadapan Ka'bah, sebelum dilakukan pema­sangan bata dan marmar pada syadmrwan yang terletak di bawah kain Ka'bah pada batu ketujuh atau kesembilan.

Kakeknya berkata, "yang melekat pada pintu hijir sebelah timur. Jika engkau melihat bata dan marmar itu telah diambil dari syadzarwan, maka hitunglah tujuh batu mulai dari pintu hijir sebelah timur.

Lalu jika sampai pada batu ketujuh sebuah batu panjang, paling panjang di antara tujuh batu yang ada, maka di situ terdapat lubang-lubang semacam cekungan. Di situlah tempatnya, atau pada batu kesembilan.

Daud sendiri mengatakan bahwa Ibnu Juraij menunjukkan kepada mereka tempat ini dan berkata, "Inilah tempat Nabi Saw menunaikan salat. Dan itulah tempat yang dijadikan maqam ketika hilang terbawa aras banjir ummi nahsyal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar