Senin, 21 Mei 2012

Semoga Facebook Tak Senasib dengan Friendster

Pengguna internet mana yang tak kenal Friendster di awal tahun 2000-an? Ya, dulu jejaring sosial ini begitu populer. Namun ketika Facebook datang, Friendster perlahan tenggelam, ditinggalkan para penggunanya.

Berkaca dari kisah pilu Friendster tersebut, ada baiknya Facebook mempersiapkan diri lebih baik lagi. Terlebih, saat ini layanan jejaring sosial di internet sudah begitu banyak bermunculan, bak cendawan di musim hujan.

Mulai dari yang berbasis lokasi, bermodel kicauan ala mikroblogging, hingga yang menawarkan deretan foto-foto menarik ala Pinterest.

Facebook boleh saja telah sukses menjadi situs jejaring paling mahal saat ini, dengan valuasi senilai USD 104 miliar. Namun harus diingat, internet begitu dinamis. Jika tak ada inovasi yang dapat memanjakan pengguna, bisa-bisa malah ditinggalkan, kemudian tenggelam perlahan.

"Seperti Friendster kan ketika ada Facebook, semua hijrah ke Facebook," ujar pengamat telematika Heru

Nah, sejarah inilah yang harusnya dapat menjadi pembelajaran oleh situs besutan Mark Zuckerberg tersebut. IPO (Initial Public Offering) memang telah membuat alur dana yang mengalir ke mereka kian deras, tetapi tuntutan terhadap suatu inovasi yang 'wah' tentu juga akan semakin kencang.

"PR (pekerjaan rumah) Facebook tentunya adalah bagaimana mereka membuat apa yang diinginkan pengguna. Lakukan survei apa yang pengguna inginkan dari Facebook, dan apa yang mereka tidak suka," kata Heru.

"Selama ini kan Facebook selalu mengganti tampilan tanpa ada semacam survei ke pengguna lebih dulu," lanjutnya.

Faktor krusial lainnya adalah jaminan privasi dan keamanan. Apalagi ada isu bahwa pemerintah Amerika Serikat ingin mengambil data-data lalu lintas dari sosial media untuk kepentingan mereka, yang tentu saja menjadi ancaman privasi dan keamanan pengguna.

"Makanya, sekarang secara umum memang masih Facebook yang teratas, tetapi di kalangan pendahulu yang sudah mengakses Facebook sejak 4-5 tahun lalu, sekarang sudah lebih aktif di Twitter,' Heru menambahkan.

"Tapi memang Twitter tidak selengkap Facebook, sehingga jika ada 'mainan' baru seperti Facebook dengan tambahan fasilitas baru, mungkin orang-orang akan migrasi," ia menandaskan.

Facebook sendiri telah melantai di Nasdaq pada Jumat (18/5/2012) kemarin. Namun aksi penjualan saham perdana jejaring sosial ini tak seperti yang digembar-gemborkan. Sempat melesat di awal, namun kembali melempem ketika penutupan.

Saham Facebook dijual perdana di angka USD 38. Sontak banyak yang melirik saham ini sehingga harganya pun melonjak hingga di kisaran USD 45.

Sayang, kenaikan ini tak bertahan lama karena berangsur-angsur nilai saham Facebook justru balik kanan hampir menyentuh angka semula, dan ditutup di angka USD 38,23 pada debutnya.

Sementara sang pendahulunya, Friendster, kini telah berganti haluan. Seperti diketahui, pada Desember 2009, Friendster sudah dilego kepada perusahaan asal Malaysia bernama MOL Global.

Friendster pun sudah menegaskan bahwa mereka bukan lagi cuma bermain di situs jejaring atau head to head dengan Facebook. Namun, situs yang ketika jaya begitu identik dengan istilah 'testi' alias 'testimonial' itu ingin disebut sebagai situs social discovery dan gaming platform.
Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar