Sabtu, 25 Juni 2011

Renungan: Semut , Laba Laba Dan Lebah

Pernahkah kita
memperhatikan tiga
binatang kecil yaitu "semut,
laba
laba dan lebah " ? Mungkin
kita sependapat bahwa diantara ketiganya
semut lah yang paling rajin
menghimpun makanan. Ia
menghabiskan
waktu waktunya hanya
untuk mengumpulkan makanan, sedikit demi
sedikit tanpa henti hentinya,
terkesan sekilas sebagai
mahluk rajin
Semut cenderung
menghimpun makanan untuk persediaan, terkesan juga
ia rajin menabung !, walaupun
pada kenyataannya usianya
sendiri
tidak akan lebih dari masa
waktu persediaan makanan yang
dihimpunnya. Namun
"ketamakannya" sedemikan
besar sehingga tak
jarang kita lihat semut yang
berusaha dan sanggup memikul, membawa
sesuatu jenis makanannya
yang mana ukurannya jauh
lebih besar dari
ukuran badannya., walaupun
belum tentu jenis bawaannya itu berguna
bagi dirinya, jadi asal bawa
saja !

Lain halnya dengan laba laba,
dengan profile yang
menyeramkan dan
sarangnya atau rumahnya
jelas bukan tempat yang
aman bagi mahluk lain, walaupun terlihat
sarang laba laba itu indah
dengan jalinan
yang simetri dan teratur
juga umumnya sarang atau
rumah laba laba itu kebanyakan ditempatkan
olehnya ditempat yang
teduh .Pada
kenyataannya rumah atau
sarang laba laba sangat
rapuh ! Juga sipenghuninya terkesan
sebagai mahluk sabar, yaitu
menunggu "tamu"
yang mampir kesarangnya.
Apapun yang mampir atau
singgah pada sarangnya pasti akan
disergapnya dan pasti mati.
Kekejamannya itu
tidak sampai hanya sebatas
itu, yakni jantannya selepas
berhubungan sex selalu dibunuh oleh
betinanya.

Bagaimana dengan lebah ?,
lebah sangat disiplin dan
mengenal
pembagian kerja yang
sangat baik, rumahnya atau
sarangnya dibangun dan ditata dengan baik yakni
bersegi enam dan terbukti
lebih kuat
dibandingkan dengan segi
empat atau segi lima, juga
sarangnya selalu terjaga dari dari bahan
bahan atau benda benda
yang tidak berguna,
Kemudian yang
dimakannyapun adalah dari
sari bunga yang diolahnya kemudian jadi madu dan lilin
yang mana sangat
bermanfat bagi
manusia. Ia hanya hinggap
pada sari bunga dan memberi
manfaat dan menolong agar perkawinan
putik dan sari bunga terjadi
sehingga akan
menambah keasrian
tanaman. Lebah tidak akan
mengganggu bila tidak diganggu, sengatnya hanya
dipergunakan bila ia merasa
terancam,
bahkan ternyata
sengatannyapun dapat
menjadi obat bagi penyakit tertentu.

Pada kenyataannya sikap
hidup manusia seringkali
diibaratkan dengan
semut, laba laba atau lebah.
Manusia berbudaya
semut,senang menghimpun dan menumpuk
sesuatu berlebihan dan
seringkali melewati
batas kenikmatannya, ia
menggali ilmu tetapi tidak
mengolahnya lebih lanjut sehingga jiwanya
tetap kering tidak
berfaedah bagi
lingkungannya, ia menumpuk
harta tanpa mengerti
makna harta itu sendiri, sehingga ia tetap
saja seolah olah fakir, "aji
mumpung"
adalah cara berpikirnya !
Manusia berbudaya laba laba
tidak lagi butuh berpikir apa, dimana
dan kapan ia makan, tetapi
yang ia pikirkan adalah "siapa
hari ini
yang akan ia makan !" dan
"apapun jenis makanan ia makan !".
Bangunan mental spritualnya
lemah !, mudah hancur oleh
tantangan
kehidupan dan oleh gangguan
duniawi!

Sedangkan manusia yang
berbudaya lebah jelas tidak
akan mengganggu,
apalagi merusak, tidak akan
sembarangan makan,
makanannya sangat tertentu dan baik "halalan
tayiban", tidak pula
menghasilkan sesuatu
yang sia sia selalu
bermanfaat bagi
sekelilingnya dimana dia berada,
dia tidak akan mampir atau
singgah ditempat yang kotor
dan maksiat
serta dia tidak akan
menyebabkan kerusakan, keonaran, permusuhan
dimanapun dia bertempat
tinggal atau singgah.
Bangunan arsitektur
jiwa manusia yang benar
adalah terdiri dari enam fundamen ,bagaikan
lubang pintu sarang lebah
yang bersegi enam, yakni
manusia yang
selalu mengamalkan secara
konsekwen "6 Rukun Iman". Muhammad
Rasulullah SAW, pernah
beramanat bahwa seorang
"mukmin" itu hedaknya
seperti lebah. Bukankah
dalam Alquran terdapat surat An Naml
(semut), An Nahl (lebah) dan
Al Ankabuut (laba laba)
Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar